Rabu, 03 November 2010

Anjungan Kalimantan Barat

Anjungan Kalimantan Barat menampilkan tiruan Istana Kadriah (istana sultan Pontianak), rumah betang atau rumah panjang (rumah adat Dayak), tiruan tugu katulistiwa, ulambu—bangunan kecil untuk menyimpan peti mayat (lungun)—beserta sanding atau toras (tonggak kayu balian sebagai tempat penguburan tengkorak dan tulang manusia yang telah meninggal), serta miniatur bandong dan lanting atau rumah-perahu (perahu yang sekaligus menjadi tempat tinggal).

Bangunan asli istana sultan Pontianak didirikan oleh Sultan Syarif Abdurrahman Alkadri tahun 1771, terbuat dari kayu, dan dicat kuning. Di depan istana terdapat balkon yang merupakan tempat bagi sultan memberi amanat kepada rakyatnya.

Ruang Istana Kadriah di Anjungan Kalimantan Barat digunakan untuk tempat pameran hasil industri kerajinan seperti anyaman, keramik, kain, batu alam, pakaian adat, alat tenun, dan alat musik. Di dalam bangunan ini dapat disaksikan juga peragaan yang menggambarkan Sultan Syarif Abdurrahman Alkadri duduk di singgasana didampingi permaisuri Utin Chandra Midi menyaksikan tari jepin bersama dua menteri beserta istri masing-masing; sejumlah peralatan istana—meliputi bendera, tombak, payung kuning, meriam kecil, dan gamelan; hasil kerajinan tenun dan anyaman; serta hasil bumi, seperti rotan, kayu cendana, dan pasak bumi.

Rumah betang atau rumah panjang merupakan rumah untuk beberapa puluh keluarga sekaligus, akan bertambah panjang jika ada keluarga baru, kadang mempunyai 40 sampai 60 pintu atau sejumlah kepala keluarga yang mendiaminya. Tinggi tiang rumah sekitar tiga sampai lima meter di atas tanah, untuk menghindari serangan musuh dan binatang buas. Tangga rumah berupa sebatang kayu bulat sebagai injakan atau jenjang. Bangunan dibagi dua memanjang, yakni ruang tertutup berpetak-petak dan tanjuk atau jungkat yang merupakan ruang terbuka.

Ruang tertutup merupakan bilik keluarga, tempat tidur gadis, dan tempat menerima tamu wanita atau tempat tidur tamu wanita di malam hari bagi yang baru menikah atau punya anak; pada saat upacara perkawinan digunakan untuk upacara peminangan dan tempat menerima mempelai pria atau wanita oleh orang-orang tua. Di belakang ruang tidur ada dapur untuk memasak. Ruang terbuka digunakan untuk menerima tamu laki-laki, musyawarah kampung, dan tempat makan atau minum tuak pada upacara perkawinan; terdapat bale-bale memanjang setengah lebar rumah untuk tempat tidur para pemuda dan tamu laki-laki yang menginap; terdapat ruangan terbuka memanjang tak beratap untuk menjemur dan menumbuk padi, menjemur pakaian, serta tempat melakukan kegiatan sehari-hari, termasuk tempat anak-anak bermain.

Sejumlah ruang rumah betang di Anjungan Kalimantan Barat digunakan untuk pameran dan peragaan hasil kerajinan, seperti anyaman, sumpitan, guci, damak atau anak sumpitan, mandau, perisai, tutup kepala wanita (saraung palilit), dan peragaan pemuda Dayak dalam pakaian perang dan pemudi dalam pakaian adat.

Selanjutnya, pada bagian kolam dapat disaksikan peragaan yang memperlihatkan miniatur rumah terapung (lanting) yang terdapat di sepanjang sungai Kapuas dan Sambas, kapal motor (bandong) yang berfungsi sebagai alat transportasi dan tempat tinggal, serta tugu katulistiwa.

Halaman anjungan ditanami berbagai tanaman khas Kalimantan Barat, antara lain durian, balian, tengkawang, meranti, ketapang, damar pilau, dan jelutung. Pada hari Minggu dan hari libur, Anjungan Kalimantan Barat menyuguhkan aneka tari tradisional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...